Sambut Keutamaan Bulan Dzulhijjah dengan 10 Amalan Istimewa

Keutamaan Bulan Dzulhijjah sering kali terlewat oleh kita. Padahal, ada banyak amalan  istimewa yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apalagi, kita tidak tahu sampai kapan diberi kesempatan hidup. Oleh sebab itu, mari sambut keutamaan Bulan Dzulhijjah dengan  10 amalan istimewa.

Waktu Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Dalam Bulan Dzulhijjah terdapat waktu-waktu tertentu untuk menjalankan amalan istimewa. Waktu yang dimaksud tertera dalam Surah Al Fajr ayat 2 yang berbunyi, “Dan demi malam-malam yang sepuluh.”

Menurut Imam Ibnu Katsir, seorang ahli tafsir mengutarakan bahwa ayat kedua Surah Al Fajr tentang ‘malam-malam yang sepuluh’, memiliki arti sebagai sepuluh hari pertama dari Bulan Dzulhijjah. Hal ini juga dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan lainnya dari kalangan salaf maupun khalaf.

Hadits riwayat Imam Bukhari juga menegaskan, dari Sayyidina Abdullah Ibn Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah ada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih Allah cintai dari hari-hari ini.” (maksudnya sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).

Para sahabat bertanya, “Termasuk jihad fi sabilillah?”

Rasulullah menjawab, “Termasuk jihad fi sabilillah. Kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak ada yang kembali sama sekali.” (HR Bukhari).

Hari yang dimaksud dalam hadits di atas adalah, sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah. Yakni pada tanggal 1-10 Dzulhijjah. 

10 Amalan Istimewa Bulan Dzulhijjah

Catat 10 amalan istimewa keutamaan Bulan Dzulhijjah, agar tidak terlewat ketika waktunya tiba. Insya Allah akan menjadi tabungan pahala dan jalan untuk mendekatkan pada Surga. Berikut ini adalah 10 amalan istimewa Bulan Dzulhijjah.

1. Puasa Sunnah Dzulhijjah

Amalan istimewa yang pertama adalah Puasa Dzulhijjah. Puasa yang dijalankan dari waktu sahur hingga berbuka, pada tanggal 1-7 Dzulhijjah. Untuk menjalani puasa Dzulhijjah, Sahabat dapat menjalankan puasanya secara berturu-turut, atau selang seling sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing. 

Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah).” (HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir)

2. Keutamaan Bulan Dzulhijjah Amalan Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang dilaksanakan pada hari ke-8 Bulan Dzulhijjah. Secara bahasa, kata ‘Tarwiyah’ berasal dari kata ‘Rawa-yarwi’ yang artinya menceritakan, meriwayatkan, mengisahkan, mengeluarkan, memancarkan, mengairi, mengantarkan, dan memberi minum. 

Baca Juga: 4 Puasa Sunnah Istimewa Sebelum Idul Adha

Secara sejarah, pada malam Tarwiyah menjadi malam di mana Nabi Ibrahim pertama kali mendapatkan mimpi menyembelih putranya, Nabi Ismail. Seharian beliau bertanya-tanya, apakah mimpi tersebut merupakan perintah yang datang dari Allah atau dari syaitan. Momen mempertanyakan diistilahkan dalam bahasa sebagai ‘Yurawwi’ atau dapat dinamakan Tarwiyah. Puasa Tarwiyah dapat membuat kita mengenang bagaimana perintah kurban turun kepada Nabi Ibrahim.

3. Puasa Arafah Menghapus Dosa

Keutamaan Bulan Dzulhijjah selanjutnya adalah amalan Puasa Arafah. Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Baca Juga: Niat dan 5 Keutamaan Puasa Arafah yang Spesial

Menurut para ulama, dosa yang dimaksud adalah dosa ringan. Puasa Arafah juga dapat menjauhkan api neraka, seperti yang diriwayatkan dalam hadits, “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api Neraka selama tujuh puluh tahun.” (HR Bukhari Muslim).

4. Sambut Keutamaan Bulan Dzulhijjah Dengan Takbir dan Zikir

Takbir atau mengumandangkan kalimat Allah khususnya kata ‘Allahu Akbar’. Menegaskan kepada diri sendiri atau siapapun yang mendengarnya, bahwa sesungguhnya Allah ialah Tuhan Yang Maha Besar. Sebagai bentuk memuliakanNya. Dikisahkan Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar rumah menuju pasar, pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Kemudian mereka bertakbir, kemudian orang-orang di sekitarnya pun ikut bertakbir. 

Terdapat dua jenis takbir, yaitu takbir muthlaq dan takbir muqayyad. Takbir muthlaq dilakukan pada setiap saat, siang ataupun malam hingga waktu shalat ied tiba. Takbir muqayyad dilakukan setiap selesai shalat fardhu lima waktu yang dilaksanakan secara berjamaah, dimulai dari matahari terbit di Hari Arafah hinggal Shalat Ashar pada Hari Tasyrik.

Selain takbir, bentuk memuliakan Allah juga dapat dijalankan dengan berzikir. Yaitu pujian untuk mengingat Allah SWT. Bacaan zikir yang paling utama adalah ‘Laa Ilaaha Illallaah’ yang artinya ‘tiada Tuhan selain Allah’. Sedangkan doa yang paling utama adalah ‘Alhamdulillah’, yang artinya ‘Segala Puji Bagi Allah’. Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10  hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.”

5. Bertaubat dan Memperbaiki Diri

“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. (QS. An-Nahl [16]; ayat : 119)

6. Menunaikan Ibadah Haji Bila Mampu

Ibadah haji adalah amalan yang penuh keutamaan. Dilaksanakan bagi umat muslim yang memiliki kemampuan secara fisik, finansial, dan spiritual. Ibadah haji mengajak kita untuk mengenang perjuangan dan dakwah keluarga Nabi Ibrahim, dalam menyembah dan menjalani perintah Allah.

Baca Juga: Perbedaan Haji Umroh dan Rukunnya

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28)

7. Berbuat Kebaikan dan Bersedekah

“Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak pernah berkurang, kedua bulan itu adalah bulan id: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Al Bukhari & Muslim).

Pahala selama Bulan Dzulhijjah tidak pernah berkurang, sayang bila dilewatkan tanpa melakukan hal kebaikan. Kebaikan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti membantu seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan, atau bersedekah.

8. Tidak Memotong Kuku dan Rambut

“Jika masuk bulan Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih kurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.” (H.R. Muslim).

Bagi sahabat yng hendak berkurban disunnahkan untuk tidak memotong kuku dan rambut. Sampai setelah hewan kurban telah disembelih, boleh memotong kuku ataupun mencukur rambut. 

9. Melaksanakan Shalat Idul Adha dan Mendengarkan Khutbah

Amalan istimewa saat Bulan Dzulhijjah yang tak boleh terlewat adalah Shalat Idul Adha. Shalat sunnah yang dilakukan satu tahun sekali dalam perayaan Idul Adha. Salah satu rukun yang menjadikan shalat Idul Adha sah adalah mendengarkan khotbah. Jadi Sahabat, pastikan telah mendengar khotbah sampai selesai ya. Di situasi pandemi, shalat ied dapat dilakukan di rumah bersama keluarga.

10. Menjalani Keutamaan Bulan Dzulhijjah dengan Berkurban

Selain disebut sebagai bulan haji, di Bulan Dzulhijjah juga terdapat hari perayaan Idul Adha. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Dalam perayaan ini, Allah memerintahkan kepada umat muslim yang memiliki kemampuan finansial untuk berkurban. Dengan menyembelih hewan ternak atau hadyu yang telah ditentukan, yakni di antara unta, sapi, kambing, domba, ataupun kerbau.

Setelah hewan kurban disembelih, dagingnya didistribusikan kepada seluruh umat muslim utamanya kaum fakir dan miskin. Kurban menjadi hari peringatan peristiwa ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah, ketika diuji untuk mengurbankan anaknya. Hari Raya Idul Adha juga sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah, yang telah memberikan nikmat kehidupan.

Menunaikan Ibadah Kurban Bersama Dompet Dhuafa

Demikianlah 10 amalan istimewa yang dapat kita lakukan untuk menyambut keutamaan Bulan Dzulhijjah. Sahabat juga dapat menunaikan ibadah kurban bersama Dompet Dhuafa. Membentang kebaikan dengan mendistribusikan daging kurban hingga pelosok Indonesia. Klik banner berikut untuk mengamalkan kurban.

Hebatnya Niat dan Keutamaan Puasa Arafah 9 Dzulhijjah

Sangat rugi bila kita tidak tahu niat dan keutamaan Puasa Arafah. Sebab di dalamnya ada hal-hal luar biasa yang dapat memberikan dampak baik bagi diri di dunia maupun akhirat. Mari kita berkenalan dengan hebatnya niat keutamaan Puasa Arafah, simak ulasan berikut ini.

Mengenal Niat Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah memiliki hukum Sunnah Muakkad, ibadah yang sangat dianjurkan. Dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, atau biasa disebut sebagai Hari Arafah. Ibadah Puasa Arafah disunnahkan bagi umat muslim, yang tidak melaksanakan wukuf di Arafah.

Bagi yang menjalankan ibadah haji, menurut Imam Syafi’i disunnahkan untuk tidak melaksanakan puasa Arafah. Hal ini berdasarkan hadits, “Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hal tersebut didukung juga di dalam hadits lain yang berbunyi, “Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca juga: Perbedaan Haji Umroh dan Rukunnya

Sehingga secara hukum dapat kita tarik kesimpulan bahwa Puasa Arafah sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak menjalankan ibadah haji, sedangkan tidak disunnahkan bagi yang sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah.

Keutamaan Puasa Arafah yang Wajib Dicatat

Mencatat menjadi salah satu alternatif untuk mengingat. Ingatan yang kuat akan niat keutamaan Puasa Arafah, dapat membuat tekad untuk menjalankan amalannya jadi lebih kuat. Catat keutamaan puasa arafah berikut ini.

Niat Keutamaan Puasa Arafah Dapat Menghapus Dosa Dua Tahun

Keutaman Puasa Arafah menghapus dosa 2 tahun

Bagi siapa saja yang menjalankan ibadah Puasa Arafah, maka akan dapat dihapuskan dosa-dosanya selama dua tahun. Hal ini tertera dalam hadits yang berbunyi, “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).

Dosa yang dimaksud di dalam hadits, adalah dosa yang dilakukan pada tahun sebelumnya serta tahun saat menjalankan Puasa Arafah. Mayoritas ulama sepakat bahra dosa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil. Bila ternyata memiliki dosa besar, maka harapannya Puasa Arafah mampu meringankan hukuman dari dosa tersebut.

Baca Juga: 4 Puasa Sunnah Istimewa Sebelum Idul Adha

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim berkata, “Demikian juga ‘Puasa hari Arafah 9 Dzulhijjah menjadi kafarah (dosa) dua tahun, dan hari Asyura menjadi kafarah (dosa) setahun. Bila seruan ‘amin’-nya berbarengan dengan ‘amin’ para malaikat, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.’ Jawaban yang dikedepankan para ulama adalah bahwa setiap satu dari dari semua amal yang tersebut itu layak menjadi kafarah.

Jika terdapat dosa kecil yang mesti dihapus, maka amal itu akan menghapusnya. Tetapi jika tidak berhadapan dengan dosa kecil tetapi tidak dosa besar, maka amal itu akan menjadi catatan kebaikannya dan mengangkat derajatnya. Jika amal ibadah itu berhadapan dengan satu atau sekian dosa besar dan tidak dosa kecil, kita berharap amal ibadah itu dapat meringankan siksa atas dosa besar tesebut. Wallahu a’lam.”

Pahalanya Seperti Puasa Seribu Hari

Keutamaan puasa arafah

Selain dapat menghapus dosa, bagi muslim yang menjalankan niat keutamaan Puasa Arafah juga akan memperoleh pahala. Digambarkan dalam hadits riwayat Baihaqi, “Dari Sayyidah Aisyah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘(Keutamaan) Puasa hari Arafah seperti puasa 1000 hari (di luar hari Arafah).’”

Keutamaan Puasa Arafah seperti memperoleh puasa 1000 hari lamanya. Bila dikalkulasikan, satu hari Puasa Arafah dijalankan setara dengan berpuasa selama 33 tahun. Subhanallah, masya Allah!

Arafah Adalah Hari Pembebasan Manusia Dari Neraka

Amalan yang tidak Rasulullah Tinggalkan

Hari Arafah juga disebut sebagai hari pembebasan manusia dari Neraka. Hal ini diterangkan dalam hadits riwayat Muslim yang berbunyi, “Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka melebihi hari arafah.”

Amalan Sunnah yang Tidak Pernah Ditinggalkan Rasulullah

Hadist Puasa Arafah yang tidak pernah Rasulullah tinggalkan

“Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah yaitu puasa asyura, puasa hari arafah, puasa tiga hari setiap bulan dan shalat dua rakaat sebelum subuh.” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)

Niat keutamaan Puasa Arafah dapat dilihat juga sebagai ibadah yang jarang ditinggalkan Rasulullah. Walaupun Rasulullah pernah tidak berpuasa Arafah saat melaksanakan wukuf haji. Namun setiap waktu Puasa Arafah tiba, Rasulullah sering menjalankannya sebagai puasa sunnah yang utama.

Baca Lafal Niat Keutamaan Puasa Arafah Sebelum Menunaikannya

Niat Puasa Arafah

Sebelum menunaikan ibadah Puasa Arafah, pastikan Sahabat telah meluruskan niat ibadah hanya kepada Allah. Adapun niat Puasa Arafah dapat dilafalkan pada hari sebelumnya ataupun saat memulai hari.

Lafal niat Puasa Arafah di hari sebelumnya: Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnati Arafah lillaahi ta‘aalaa.

Artinya, “Saya berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT.”

Lafal niat Puasa Arafah Saat memulai hari: Nawaitu shauma haadzal yaumi ‘an adaa’i sunnati Arafah lillaahi ta‘aalaa.

Artinya, “Saya berniat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah SWT.”

Hari Setelah Puasa Arafah

Sehari setelah Puasa Arafah merupakan Idul Adha. Hari Raya umat muslim di mana Allah memerintahkan untuk menyembelih hewan kurban, sesuai dengan syariat Islam. Kurban adalah ibadah yang sangat dicintai oleh Allah. Hal ini diterangkan dalam hadits riyawat Tirmidzi, dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari nahr kecuali mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Hewan itu nanti pada hari kiamat akan datang dengan tanduk, rambut dan bulunya. Dan pahala kurban yang menetes pada suatu tempat sebelum menetes ke tanah. Maka hiasilah dirimu dengan ibadah kurban.” (HR.Al-Hakim, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).

Dalam momen kurban ini, Sahabat dapat ikut membentang kebaikan bersama Dompet Dhuafa. Kurban akan didistribusikan ke pelosok Indonesia, khususnya kaum fakir dan miskin. Klik banner berikut untuk menunaikan ibadah kurban.

Perbedaan Haji Umroh dan Rukunnya

Rukun perbedaan haji umroh sangat mudah diketahui. Tidak sulit bagi kita untuk mengenali yang mana haji dan yang mana umroh. Kedua ibadah ini memiliki sama-sama dilakukan di Mekkah, sama-sama menuju Baitullah. Walaupun begitu, umroh dan haji adalah jenis ibadah yang berbeda.

Apa sajakah itu? Simak ulasan berikut, 5 rukun haji dan perbedaan mudah haji umroh.

Pengertian Ibadah Haji dan Umroh

Sebelum memahami rukun perbedaan haji umroh, kita perlu mengerti makna dari masing-masing ibadah. Ibadah haji secara harfiah dapat dipahami sebagai tujuan, maksud, dan menyengaja. Bermaksud mendatangi tempat yang diagungkan, disucikan, mendatangi Baitullah secara jiwa dan raga. Untuk menunaikan amalan-amalan tertentu, atau mengunjungi tempat-tempat tertentu, pada waktu yang telah ditentukan.

Sedangkan umrah secara secara harfiah memiliki arti ziarah atau berziarah ke tempat yang mulia “Baitullah”. Untuk melaksanakan amalan-amalan tertentu yang terdiri atas tawaf, sa’i, dan tahallul (bercukur).

Baca Juga: Simak! Inilah Tata Cara Kurban Haji yang Tidak Boleh Terlewat

Ibadah haji diwajibkan apabila seorang muslim telah memiliki kesanggupan secara finansial, fisik, mental, dan spiritual. Hal ini tertera dalam surat Ali Imran ayat 97 yang berbunyi:

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran ayat 97).

Dari Ibnu Umar, “Islam didirikan atas lima hal, bersaksi tiada tuhan selain Allah sesungguhnya Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan salat, melaksanakan zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadan,” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

5 Rukun Haji yang Perlu Dipahami

Sangat mudah menemukan rukun perbedaan haji umroh. Bila dijabarkan, rukun haji terdiri dari niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf, sa’i, dan tahallul. Sedangkan rukun umrah juga sama, namun tidak ada wukuf di dalamnya.

Adapun pengertian rukun haji sebagai berikut:

  1. Niat ihram merupakan ikrar untuk menjalankan ibadah haji, siap untuk menjalankan segala ketentuan, serta menjauhi semua hal yang dilarang selama melaksanakan ibadah.
  2. Wukuf di Arafah adalah saat di mana semua jamaah haji diwajibkan hadir di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, mulai pada terbenam matahari hingga 10 Dzulhijjah saat terbit fajar.
  3. Tawaf merupakan rukun haji yang ketiga, yaitu ritual memutari Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, ke arah yang berlawanan dengan jarum jam. Saat mengelilingi Ka’bah diiringi dengan membaca dzikir dan doa kepada Allah. Seluruh jemaah haji harus telah bersuci dan menutup aurat.
  4. Sa’i, rukun keempat haji, yaitu ketika jemaah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
  5. Tahallul merupakan rukun haji yang terakhir. Yaitu adalah kondisi di mana semua jemaah haji dihalalkan untuk melakukan hal yang sebelumnya dilarang. Tahallul ditandai dengan mencukur rambut dan menggunting kuku.

Perbedaan Haji Umroh Dari Berbagai Aspek

Dari penjelasan di atas, kita bisa memahami bahwa tentunya ada perbedaan pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Selain di dalam ritual wukuf, rukun perbedaan haji umroh dapat dengan mudah ditemukan dalam beberapa aspek berikut ini:

1. Ditinjau Dari Hukum Pelaksanaan Ibadah

Secara hukum, ibadah haji diwajibkan kepada muslim yang memiliki kemampuan secara finansial, fisik, dan spiritual. Sedangkan umrah hukumnya Sunnah, dilakukan mendapat pahala, tidak dilakukan tidak mendapat dosa. 

2. Rukun Perbedaan Haji Umroh Dapat Dilihat Dari Waktu Pelaksanaan

Umrah dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Sedangkan Haji terbatas pada bulan Syawal, Dzulqa’dah, dan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Dalam rukun Haji, ada wukuf di Arafah yang hanya dapat dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah.

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Surat Al-Baqarah ayat 197).

3. Pada Wukuf di Arafah Terdapat Rukun Perbedaan Haji Umroh 

Wukuf di Arafah adalah salah satu dari rangkaian pelaksanaan haji yang paling penting. Di mana jemaah haji berada di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Biasa disebut sebagai Hari Arafah. Setelah matahari terbenam, para jemaah haji di Padang Arafah mulai melaksanakan wukuf. Yaitu dengan mendengarkan khutbah, ceramah, atau nasihat, disampaikan oleh imam yang telah ditentukan. 

Setelah itu, wukuf dilanjutkan dengan melaksanakan Shalat Zuhur dan Ashar dengan jamak takdim dan qasar dengan satu azan dua iqamat. Setelah shalat, membaca tahmid, tahlil, takbir, berdoa, bertaubat, berzikir kepada Allah, dan melantunkan ayat-ayat kitab suci Al-Quran.

Baca Juga: Hebatnya Niat dan Keutamaan Puasa Arafah 9 Dzulhijjah

Saat prosesi wukuf telah selesai, pada jemaah dianjutkan memperbanyak dzikir serta berdoa menghadap kiblat sampai waktu matahari terbenam tiba. Sangat mudah melihat rukun perbedaan haji umroh. Bila ibadah berkunjung ke Baitullah tidak melakukan wukuf maka disebut umroh.

4. Kegiatan Wajib yang Dilakukan Selama Ibadah, di Luar Rukun Haji Umroh

Pada ibadah haji, wajib melaksanakan ritual manasik haji seperti ihram dari Miqat, menginap di Muzdalifah dan Mina, Tawaf Wada’, dan melempar Jumrah. Jika tidak dilakukan, maka akan dikenakan denda. Sedangkan umrah, kewajiban yang perlu dilakukan hanya niat ihram dari Miqat dan menjauhi larangan-larangan ihram.

5. Kewajiban Membayar Dam Atau Denda

Dalam ibadah haji, apabila dilakukan lebih dulu daripada umroh maka tidak ada kewajiban untuk membayar dam. Sedangkan bila Sahabat melaksanakan ibadah umroh terlebih dahulu baru haji, maka ada denda yang wajib dibayar berupa kurban.

“… Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (Al-Baqarah ayat 196)

Di bulan haji ini, tentu saja akan sangat lengkap ibadah kita jika menunaikan juga ibadah kurban. Terlebih jika kita belum berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji atau umrah. Untuk berkurban dengan mudah, cepat, dan amanah, sahabat bisa menunaikannya bersama dengan Dompet Dhuafa. Kurban sahabat akan ditebar ke seluruh pelosok Indonesia yang membutuhkan.

Intip 5 Hikmah dan Makna Kurban yang Jarang Disadari

Hikmah dan makna kurban seringkali tidak disadari. Banyak dari kita yang menjalankan Hari Raya Idul Adha sekadar ritual sholat dan berkurban. Kemudian saling berkumpul dengan keluarga atau kerabat, untuk menyantap hasil daging kurban bersama-sama. Padahal, ada pesan hebat di balik peristiwa kurban. Intip 5 hikmah dan makna kurban yang jarang disadari dalam ulasan berikut ini.

1. Hikmah dan Makna Kurban Untuk Meneladani Nabi Ibrahim as.

Sejarah Kurban atau Qurban Idul Adha

Perintah kurban untuk umat muslim bermula dari peristiwa Nabi Ibrahim, yang diperintahkan oleh Allah untuk mengurbankan anaknya, yakni Nabi Ismail. Nabi Ibrahim diketahui telah menunggu puluhan tahun lamanya untuk menantikan seorang anak. Keturunan yang amat disayanginya. Namun, ketika Allah memberikan perintah untuk menyembelih Nabi Ismail, Nabi Ibrahim pun melaksanakannya dengan kesungguhan. Walaupun ada perasaan bimbang dan rasa tak ingin kehilangan, Nabi Ibrahim tetap patuh dengan apa yang Allah perintahkan. 

Baca Juga: Benarkah Sejarah Qurban Ada Sejak Zaman Nabi Adam?

Kesungguhan dan ketulusan Nabi Ibrahim dibalas oleh Allah, dengan digantikannya Nabi Ismail dengan seekor domba. Kemudian beliau diperintahkan untuk menyembelih domba dan membagikan daging tersebut sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. Ibadah kurban mengajarkan bahwa kita sebagai manusia tidak memiliki apapun kecuali datangnya dari Allah. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita meneladani Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

2. Sebagai Bentuk Rasa Syukur Kepada Yang Maha Kuasa

Hikmah dan Makna Kurban Sebagai Syiar Islam

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al-Hajj ayat 36)

Kurban mengajarkan kita bersyukur. Sebagai manusia yang memiliki kelebihan, memiliki kekuatan untuk menciptakan dan melakukan sesuatu. Harus tetap ingat bahwa sebagai manusia, kita dapat melakukan kurban, memakan daging hewan ternak, berkat Allah yang menundukkannya. Tiada kuasa selain Allah, Yang maha Menciptakan.

 “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

3. Hikmah dan Makna Kurban Sebagai Syiar Agama Islam

Hikmah dan Makna Kurban sebagai syiar Islam

Dalam proses Hari Raya Idul Adha, tidak hanya ritual menyembelih hewan. Ada takbir yang dikumandangkan saat menyambut hari raya, juga saat menyembelih hewan kurban. Kalimat Allah diagungkan, untuk menunjukkan betapa Allah Maha Besar. Serta menunjukkan betapa Islam membawa rahmat bagi manusia.

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)

4. Mendekatkan Diri dan Bertaqwa Kepada Allah, Serta Memperoleh Pahala dan Berkah

Kurban mendekatkan diri kepada Allah

Mendekatkan diri kepada Allah, menjalani perintahNya dengan penuh ketaqwaan, merupakan hikmah dan makna kurban. Hal ini juga diterangkan dalam firman Allah yang berbunyi, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj: 37)

Dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya Kurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan Kurban. Sesungguhnya hewan Kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah Kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) Kurban itu.” (HR Tirmidzi).

5. Membangun Kepedulian dan Mempererat Tali Silaturahmi

Fakir-miskin-sebagai-penerima-daging-kurban-1

Hikmah dan makna kurban mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur dan mengasah kepedulian sosial. Hewan ternak yang telah disembelih, dagingnya dibagikan ke seluruh umat muslim khususnya fakir dan miskin. Semua orang yang berasa dari ekonomi atas ataupun bawah, memakan daging yang sama. Berbagi bahagia yang sama di Hari Raya.

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al-Hajj ayat 28)

Hikmah dan Makna Kurban Juga Memberdaya Ekonomi Peternak Desa

Selain meningkatkan rasa empat untuk berbagi dan peduli, kurban juga memberdaya ekonomi peternak desa. Hewan kurban disyariatkan haruslah yang sehat dan kualitasnya baik secara fisik maupun mental. Untuk kontrol perkembangan hewan kurban, tentu akan lebih mudah ke tempat peternakan lokal yang mudah dijangkau. Kondisi ini juga membantu peternak lokal untuk meningkatkan ekonomi, sebab konsumsi daging sehari-hari juga bersaing dengan daging impor.

Berkurban Bersama Dompet Dhuafa

Ternyata hikmah dan makna kurban sungguh besar dan bermanfaat bagi banyak pihak. Diri sendiri maupun orang lain yang menerima manfaat kurban. Dengan berkurban bersama Dompet Dhuafa, Sahabat turut berpartisipasi membentang kebaikan sampai ke pelosok Indonesia.

Berbagi daging kurban kepada kaum fakir dan miskin ke wilayah pedalaman. Dengan memberdayakan petani lokal, hewan ternak sangat diperhatikan kualitasnya agar sesuai dengan syariat Islam. Klik banner di bawah ini untuk menunaikan kurban.

Benarkah Sejarah Qurban Ada Sejak Zaman Nabi Adam?

Benarkah sejarah qurban ada sejak zaman Nabi Adam? Ibadah Qurban memiliki makna yang sangat dalam. Bentuknya tidak sebatas menyembelih hewan, lebih dari itu ada peristiwa di baliknya. Dengan memahami mengapa sejarah qurban diperintahkan Allah, kita akan jadi merasa memiliki rasa bahagia saat menjalaninya.

Sejarah Qurban Dalam Kisah Nabi Adam

Sejarah Kurban Nabi Adam

Nabi Adam dan Hawa dikaruniai anak kembar oleh Allah SWT. Anak kembar Habil dan Labuda, serta Qabil dan Iqlima. Untuk melanjutkan keturunan, Allah memerintahkan Nabi Adam untuk menikahkan anak-anaknya secara silang. Tidak dalam satu kelahiran. Yaitu Habil dengan Iqlima dan Qabil dengan Labuda.

Namun, Qabil tidak setuju, dia tidak menyukai Labuda. Sebab baginya fisik Labuda tidak secantik Iqlima. Nabi Adam memohon pertolongan Allah untuk menyelesaikan perkara tersebut. Kemudian Allah memerintahkan kepada Habil dan Qabil untuk memberikan qurban yang dibawa ke atas bukit.

Baca Juga: Intip 5 Hikmah dan Makna Kurban yang Jarang Disadari

Qabil membawa qurban dari hasil pertanian, yang kondisinya sudah tidak bagus. Sedangkan Habil membawa hasil peternakannya yang terbaik. Ketika keduanya mempersembahkan qurban, hanya qurban Habil yang diterima sedangkan Qabil tidak. Qabil sangat murka dan kemudian membunuh Habil.

Kisah qurban ini diceritakan dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 27 yang berbunyi, “Ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.

Jika qurban tidak dilandasi rasa keimanan dan ketaqwaan pada Allah, maka tidak akan ada nilainya. 

Ibadah Qurban Merupakan Simbolik Rasa Syukur dan Ketaatan

Ibadah qurban sangat identik dengan penyembelihan hewan ternak, seperti sapi, unta, dan domba/kambing. Sejarah qurban juga selalu mengingatkan kita tentang kisah ketaatan Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. kepada Allah SWT. hingga kisah mereka diabadikan dalam Al-Quran.

Nabi Ibrahim telah lama menantikan seorang anak. Ia selalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Namun, istri pertamanya, Sarah, tidak kunjung hamil hingga usia tua dan semakin sulit untuk mengandung.

Sarah meminta kepada Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar, budak mereka pada saat itu. Ia berharap dari pernikahan itu Nabi Ibrahim dapat dikaruniai seorang anak yang selama ini dinantikannya.

Singkat cerita akhirnya Siti Hajar mengandung kemudian melahirkan seorang putra bernama Ismail. Nabi Ibrahim sangat senang akhirnya bisa memiliki seorang putra.

Sejarah Qurban, Nabi Ibrahim Menerima Perintah Melalui Mimpi

Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan

Saat Ismail memasuki usia remaja, Nabi Ibrahim mendapat mimpi. Dalam mimpi itu ia melihat dirinya menyembelih Ismail. Ia kemudian menyampaikan mimpi itu kepada Ismail. Bukannya mendapat penolakan, Ismail lantas dengan sukarela dan penuh keikhlasan meminta Ayahnya untuk melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan dalam mimpi itu kepadanya. Seperti yang diceritakan dalam surah As-Saffat ayat 102.

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat ayat 102).

Ujian Ketaatan dan Keikhlasan

Apa yang Allah perintahkan kepada Nabi Ibrahim benar-benar sebuah ujian yang berat, baik bagi Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail pada saat itu. Namun, karena kecintaan dan ketaatan mereka kepada Allah jauh lebih besar. Mereka dengan ikhlas menjalankan perintah tersebut.

Sesaat Nabi Ibrahim mulai menyembelih Ismail, Allah SWT menurunkan kuasanya dengan menukar Ismail dengan seekor domba.

“Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Q.S. As-Saffat [37]: 104-107).

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi sejarah qurban yang paling sering diangkat saat hari raya Idul Adha. Sebab kisah mereka memberi makna qurban sebagai bentuk atau simbol ketaatan kepada Allah SWT.

Baca Juga: 8 Perbedaan Kurban dan Aqiqah Menurut Al-Quran dan Hadis

Digantikannya Ismail dengan seekor domba yang besar menjadi syarat hewan qurban. Bagi yang ingin berqurban harus menyiapkan hewan qurban yang terbaik, bisa unta, sapi, atau domba/kambing. Karena nantinya daging qurban itu akan dibagikan kepada sesama kaum muslim terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan. 

Hal ini sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah Allah berikan. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan bagi setiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang diberikan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada mereka yang tunduk patuh (kepada Allah).” (Al-Hajj ayat 34).

Ibadah Qurban Sebagai Syiar Agama Islam

Melaksanakan ibadah qurban berarti ikut mensyiarkan agama Islam. Karena dari sejarah qurban kita bisa mengetahui kemuliaan dan kebesaran Allah SWT saat Nabi Ismail digantikan dengan seekor domba. Lebih dari itu kita bisa berbagi manfaat dan rezeki di hari Raya Idul Adha.

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syi’ar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Hajj ayat 36).

Melaksanakan ibadah qurban juga sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT, juga meneladani ajaran Rasulullah. Serta ikut menyerukan Islam agar orang lain dapat ikut menjalankan ajaran Rasulullah kepada masyarakat luas.

Meneladani Kisah-kisah Qurban

Kisah sejarah qurban ternyata memang ada sejak zaman Nabi Adam, menjadi ibadah yang paling tua yang pernah dilakukan. Yakni berqurban untuk Allah. Namun, perintah qurban dianjurkan setelah peristiwa dari kisah Nabi Ibrahim. Dengan syariat yang sudah ditentukan, yakni mengurbankan hewan ternak yang sehat. 

Ada ungkapan yang mengatakan: jangan melupakan sejarah. Sebab sejarah memberikan kita pelajaran, yang baik untuk dilakukan dan yang buruk untuk ditinggalkan. Sejarah qurban pada zaman Nabi Adam mengajarkan kita untuk memilih kurban terbaik, sebagai bentuk keimanan kepada Allah. Berikan kurban terbaik bersama Dompet Dhuafa, membentangkan kurban ke seluruh Indonesia.