Benarkah Sejarah Qurban Ada Sejak Zaman Nabi Adam?

Benarkah sejarah qurban ada sejak zaman Nabi Adam? Ibadah Qurban memiliki makna yang sangat dalam. Bentuknya tidak sebatas menyembelih hewan, lebih dari itu ada peristiwa di baliknya. Dengan memahami mengapa sejarah qurban diperintahkan Allah, kita akan jadi merasa memiliki rasa bahagia saat menjalaninya.

Sejarah Qurban Dalam Kisah Nabi Adam

Sejarah Kurban Nabi Adam

Nabi Adam dan Hawa dikaruniai anak kembar oleh Allah SWT. Anak kembar Habil dan Labuda, serta Qabil dan Iqlima. Untuk melanjutkan keturunan, Allah memerintahkan Nabi Adam untuk menikahkan anak-anaknya secara silang. Tidak dalam satu kelahiran. Yaitu Habil dengan Iqlima dan Qabil dengan Labuda.

Namun, Qabil tidak setuju, dia tidak menyukai Labuda. Sebab baginya fisik Labuda tidak secantik Iqlima. Nabi Adam memohon pertolongan Allah untuk menyelesaikan perkara tersebut. Kemudian Allah memerintahkan kepada Habil dan Qabil untuk memberikan qurban yang dibawa ke atas bukit.

Baca Juga: Intip 5 Hikmah dan Makna Kurban yang Jarang Disadari

Qabil membawa qurban dari hasil pertanian, yang kondisinya sudah tidak bagus. Sedangkan Habil membawa hasil peternakannya yang terbaik. Ketika keduanya mempersembahkan qurban, hanya qurban Habil yang diterima sedangkan Qabil tidak. Qabil sangat murka dan kemudian membunuh Habil.

Kisah qurban ini diceritakan dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 27 yang berbunyi, “Ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.

Jika qurban tidak dilandasi rasa keimanan dan ketaqwaan pada Allah, maka tidak akan ada nilainya. 

Ibadah Qurban Merupakan Simbolik Rasa Syukur dan Ketaatan

Ibadah qurban sangat identik dengan penyembelihan hewan ternak, seperti sapi, unta, dan domba/kambing. Sejarah qurban juga selalu mengingatkan kita tentang kisah ketaatan Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. kepada Allah SWT. hingga kisah mereka diabadikan dalam Al-Quran.

Nabi Ibrahim telah lama menantikan seorang anak. Ia selalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Namun, istri pertamanya, Sarah, tidak kunjung hamil hingga usia tua dan semakin sulit untuk mengandung.

Sarah meminta kepada Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar, budak mereka pada saat itu. Ia berharap dari pernikahan itu Nabi Ibrahim dapat dikaruniai seorang anak yang selama ini dinantikannya.

Singkat cerita akhirnya Siti Hajar mengandung kemudian melahirkan seorang putra bernama Ismail. Nabi Ibrahim sangat senang akhirnya bisa memiliki seorang putra.

Sejarah Qurban, Nabi Ibrahim Menerima Perintah Melalui Mimpi

Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan

Saat Ismail memasuki usia remaja, Nabi Ibrahim mendapat mimpi. Dalam mimpi itu ia melihat dirinya menyembelih Ismail. Ia kemudian menyampaikan mimpi itu kepada Ismail. Bukannya mendapat penolakan, Ismail lantas dengan sukarela dan penuh keikhlasan meminta Ayahnya untuk melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan dalam mimpi itu kepadanya. Seperti yang diceritakan dalam surah As-Saffat ayat 102.

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat ayat 102).

Ujian Ketaatan dan Keikhlasan

Apa yang Allah perintahkan kepada Nabi Ibrahim benar-benar sebuah ujian yang berat, baik bagi Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail pada saat itu. Namun, karena kecintaan dan ketaatan mereka kepada Allah jauh lebih besar. Mereka dengan ikhlas menjalankan perintah tersebut.

Sesaat Nabi Ibrahim mulai menyembelih Ismail, Allah SWT menurunkan kuasanya dengan menukar Ismail dengan seekor domba.

“Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Q.S. As-Saffat [37]: 104-107).

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi sejarah qurban yang paling sering diangkat saat hari raya Idul Adha. Sebab kisah mereka memberi makna qurban sebagai bentuk atau simbol ketaatan kepada Allah SWT.

Baca Juga: 8 Perbedaan Kurban dan Aqiqah Menurut Al-Quran dan Hadis

Digantikannya Ismail dengan seekor domba yang besar menjadi syarat hewan qurban. Bagi yang ingin berqurban harus menyiapkan hewan qurban yang terbaik, bisa unta, sapi, atau domba/kambing. Karena nantinya daging qurban itu akan dibagikan kepada sesama kaum muslim terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan. 

Hal ini sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah Allah berikan. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan bagi setiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang diberikan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada mereka yang tunduk patuh (kepada Allah).” (Al-Hajj ayat 34).

Ibadah Qurban Sebagai Syiar Agama Islam

Melaksanakan ibadah qurban berarti ikut mensyiarkan agama Islam. Karena dari sejarah qurban kita bisa mengetahui kemuliaan dan kebesaran Allah SWT saat Nabi Ismail digantikan dengan seekor domba. Lebih dari itu kita bisa berbagi manfaat dan rezeki di hari Raya Idul Adha.

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syi’ar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Hajj ayat 36).

Melaksanakan ibadah qurban juga sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT, juga meneladani ajaran Rasulullah. Serta ikut menyerukan Islam agar orang lain dapat ikut menjalankan ajaran Rasulullah kepada masyarakat luas.

Meneladani Kisah-kisah Qurban

Kisah sejarah qurban ternyata memang ada sejak zaman Nabi Adam, menjadi ibadah yang paling tua yang pernah dilakukan. Yakni berqurban untuk Allah. Namun, perintah qurban dianjurkan setelah peristiwa dari kisah Nabi Ibrahim. Dengan syariat yang sudah ditentukan, yakni mengurbankan hewan ternak yang sehat. 

Ada ungkapan yang mengatakan: jangan melupakan sejarah. Sebab sejarah memberikan kita pelajaran, yang baik untuk dilakukan dan yang buruk untuk ditinggalkan. Sejarah qurban pada zaman Nabi Adam mengajarkan kita untuk memilih kurban terbaik, sebagai bentuk keimanan kepada Allah. Berikan kurban terbaik bersama Dompet Dhuafa, membentangkan kurban ke seluruh Indonesia.